MENGELOLA TUNJANGAN HARI RAYA
Pertanyaan :
Assamu’alaikum Wr.Wb.
Ibu Sri, minggu ini saya menerima Tunjangan Hari Raya. Tetapi karena banyak pengeluaran di bulan Ramadhan ini pengalaman yang sudah-sudah uang THR tidak cukup untuk berlebaran, apalagi kami punya kewajiban mudik untuk bersilaturahmi dengan orang tua dan kerabat. Sehingga kami selalu mengambil tabungan untuk menutupi kekurangan padahal tabungan ini sebenarnya kami peruntukkan untuk mengantisipasi kebutuhan mendadak bila anak sakit atau ada musibah.
Untuk itu mohon tips-tips agar saya bisa mengelola THR dengan baik dan tidak tekor?
Wassalam Wr.Wb.
Yofina – Tangerang
Jawaban :
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Menjelang lebaran memang ada kewajiban dari perusahaan untuk memberikan Tunjangan Hari Raya kepada para karyawannya sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.04/1994 tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan. Bagi mayoritas orang THR ini dianggap rejeki nomplok yang jatuh menjelang lebaran. Umumnya pengeluaran di bulan Ramadhan dan Idhul Fitri memang meningkat bahkan bisa 2 – 3 kali lipat dibandingkan bulan lainnya sehingga sangat terbantu oleh adanya THR.
Sayangnya banyak yang belum mampu mengelola THR dengan baik. Buktinya sudah ada THR pun pengeluaran masih bertambah, bahkan tekor. Harusnya dengan adanya tambahan pemasukan di bulan itu kan gaji menjadi 2 kali lipat karena umumnya besarnya THR minimal 1 bulan gaji. Seharusnya sebagian THR bisa ditabung tetapi dalam prakteknya yang sering terjadi belum bisa membiayai seluruh pengeluaran dan akhirnya membobol tabungan juga. Nah untuk itu diperlukan tips-tips agar bisa mengelola THR dengan baik, antara lain :
1. Setiap alur dana yang masuk sesuai proses perencanaan keuangan, hendaknya mengikuti ketentuan Penerimaan – Zakat – Bayar Utang - Tabungan – Pengeluaran. Oleh karena itu segera setelah terima THR bayarkan zakatnya 2,5 % dari nominal THR yang diterima, 30 % buat melunasi hutang yang tidak wajib (kalau ada). Pengertian hutang wajib yang umumnya dilunasi dengan penghasilan rutin seperti cicilan KPR bulanan. Hutang yang tidak wajib contohnya cicilan kartu kredit atau hutang lainnya., sehingga THR bisa memperingan beban hutang kita. Selanjutnya usahakan minimal 10 % dari THR ditabung atau diinvestasikan, barulah sisanya digunakan untuk belanja kebutuhan hari raya.
2. Agar sisa dana yang ada cukup untuk membiayai pengeluaran lebaran catat dan susunlah anggaran pengeluaran yang besarnya disesuaikan dengan dana yang ada. Jangan besar pasak daripada tiang. Buatlah skala prioritas dalam pengeluaran. Contohnya berikan THR juga untuk orang yang bekerja pada kita seperti karyawan bagi yang memiliki usaha, pembantu, sopir, dll. Pengeluaran berikutnya mungkin pemberian infaq kepada orang tua dan kerabat. Barulah menentukan pengeluaran untuk hari raya seperti belanja bahan makanan, kue-kue kering dan pakaian jika memang dananya mencukupi. Tidak apa-apa lebaran tanpa baju baru jika baju lama masih bersih dan rapi. Rasanya aneh jika memaksakan lebaran berpakaian baru tapi hutangnya belum dilunasi.
Sekali lagi : komponen besarnya anggaran harus disesuaikan dengan dana yang tersedia. Ini penting!
3. Lalu bagaimana dengan biaya mudik? Sebenarnya biaya mudik itu tidak bisa dibebankan pada THR karena besarnya THR yakin tidak mencukupi jika harus digunakan untuk menanggung biaya mudik. Seharusnya biaya mudik sudah dianggarkan tersendiri sebagai komponen biaya liburan dan sudah disiapkan tabungannya. Bila memang belum memiliki persiapan buat biaya mudik tidak usah memaksakan diri untuk mudik. Silaturahmi bisa dilakukan dengan telpon atau sms saja.
Demikian, selamat mengelola THR. Perlu diingat kadang kita tergoda untuk menghabiskan dana untuk lebaran, pas abis lebaran kita gigit jari karena balik dari mudik tidak memiliki uang lagi, dan bagi yang karyawan gajiannya masih lama. Hasilnya berhutang lagi. Semoga terhindar dari yang demikian. Amin
Wassalam.
Kamis, 25 Agustus 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar